Assalamu'alaikum...Syukron katsir udah berkunjung k blog Gadis Bjb... ^_^


Pantai Swarangan Kalimantan Selatan

Pantai Swarangan Kalimantan Selatan

Kamis, 13 Februari 2020

"Viral, mie sehat berwarna pelangi"

"Mie Pelangi, mie sehat dan berwarna-warni" Mie cantik berwarna-warni ini terbuat dari sayuran yang menyehatkan. Selain itu juga aman di kantong, karena hanya dibanderol dengan harga 8 k per cup nya. Mie ini juga diberi topping yang menarik, seperti ayam cincang, pangsit, pentol, tahu, ceker, dll. Kalau kalian berminat untuk mencobanya, silahkan chat saya di WA 081807801194, atau kunjungi store kami di Banjarbaru tepatnya di Jl H. Mr. Cokrokusumo. Untuk pembelian minimal 5 cup, kamu akan mendapatkan free 1 cup. Come on guys, grab it fast.

Senin, 10 Februari 2020

Pengantaran PKL Siswa Kelas XI BDP 1 dan 2

Pada hari senin, 3 Februari 2020, saya diberikan tugas untuk mengantarkan siswa kelas XI BDP 1 dan XI BDP 2 untuk mengikuti masa PKL atau Praktik Kerja Lapangan di Matahari, Hypermart Qmall serta Alfamart Banjarbaru.

Rabu, 05 Februari 2020

Happy Family

Alhamdulillah, tak terasa sudah 27 tahun menjalani kehidupan.. Sudah lama juga ga ngeposting tentang keseharian di blog.. Sekarang rasanya waktu berjalan singkat.. Alhamdulillah sudah lulus kuliah sesuai dengan cita-cita, lulus dengan pujian (cumlaude), menjadi lulusan terbaik seprodi ekonomi dan sejurusan IPS pada tahun 2014.. Di tahun yang sama pula, sudah ditawari untuk bekerja di SMA PGRI 1 Banjarbaru.. kemudian di tahun 2015, juga dipanggil untuk mengabdikan diri pada sekolah yang telah menjadikan diri ini sebagai alumni yaitu SMA Negeri 1 Martapura.. Alhamdulillah di tahun 2015 itu juga, dipersunting oleh seorang laki-laki yang insya Allah menjadi pilihan hidup, sebagai imam terbaik di dunia dan akhirat.. Di penghujung tahun 2015, mendapatkan kabar gembira yaitu kehamilan pertama.. Alhamdulillah Allah titipkan amanah pada rahim ini untuk merasakan indahnya, dan sempurnanya menjadi seorang ibu.. Muhammad Khairul Azzam, itu namanya.. buah hati kami yang terlahir di 1 juni 2016.. Arti namanya adalah seorang laki-laki yang memiliki perilaku paling baik dan memiliki tekad yang kuat dalam hidup.. Semoga Allah karuniakan, dzuriyat yang Shalih, permata hati bunda dan abinya, penolong di akhirat nanti.. Aamiin.. Tahun demi tahun kami jalani bersama, alhamdulillah di tahun 2019, pada saat yang hampir bersamaan, Allah kabulkan hajat hidup, cita-cita dan harapan dalam karier yaitu lulus CPNS Pemprov kalsel serta lulus PPG Ekonomi di Universitas Lambung Mangkurat.. Semoga Allah selalu lindungi diri ini dari segala keburukan dunia, dipermudah dalam ibadah, dan senantiasa mengamalkan kebaikan untuk kehidupan yang kekal nanti... Aamiin ya Rabbal'alamiin..

Sabtu, 21 Januari 2012

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPS MELALUI PELESTARIAN KEBUDAYAAN BANJAR (PERKAWINAN DAN KATA TABU/PAMALI)

A. PERKAWINAN ADAT BANJAR KALIMANTAN SELATAN
1) Gambaran Umum
Suatu kehidupan yang paling menarik dan tak pernah terlupakan bagi pribadi seseorang adalah acara perkawinan. Oleh sebab itu, perkawinan selalu ditandai dengan sifatnya yang khas dan unik yang merupakan suatu tata adat tradisional bagi setiap suku bangsa. Adat istiadat yang menurut kurun waktunya sangat menonjol, adalah sekitar abad ke 18, suatu gambaran yang dapat dinilai secara fisik maupun psikis yang merupakan pembauran antara peninggalan zaman Hindu, Islam dan pengaruh asing lainnya. Secara kronologis, peristiwa adat perkawinan menurut adat istiadat Suku Banjar adalah sebagai berikut :
1. Basasuluh
Apabila seorang anak laki-laki telah sampai masanya akil balig atau dewasa, lazimnya orang tua merundingkan dengan keluarga terdekat siapa gerangan yang cocok atau pantas menjadi calon istri dari anaknya (sebagai calon menantunya). Untuk itu dilakukanlah sebuah adat “basasuluh”, yakni ingin mendapatkan keterangan tentang calon istri yang diinginkannya, yang umumnya didasarkan atas pilihan orang-tua dengan persetujuan keluarga dan anak muda itu sendiri. Hal-hal yang menjadi penyelidikan itu umumnya meliputi hal-hal sebagai berikut :
 Tentang agamanya, apakah dia dari keturunan keluarga yang taat menjalankan ibadah agamanya (Islam).
 Tentang keturunannya, apakah dia dari keturunan keluarga yang baik budi pekertinya, penyabar, bertangung jawab, dll.
 Tentang kemampuan rumah-tangganya, apakah dia dari keluarga yang kaya atau kurang mampu.
 Tentang kecantikan wajahnya.
Dari empat hal tersebut di atas yang menjadi titik tumpu perhatiannya adalah tentang agamanya dan keturunannya. Sebaliknya bagi keluarga calon isteri di samping hal diatas,akan memperhatikan pula apa pekerjaan calon suaminya, sebab pekerjaan itu akan turut menentukan nilai rumah tangganya kelak. Pekerjaan basasuluh ini biasanya dilakukan oleh seorang wanita yang dituakan. Wanita ini tidak datang dengan sengaja ke rumah calon mempelai perempuan. Sambil berbincang-bincang santai, wanita ini menyelipkan pertanyaan mengenai calon mempelai perempuan, apakah sudah ada empunya atau sudah ada ikatan dengan orang lain. Jika ternyata belum, maka akan dilanjutkan ke tahap bedatang (bapara).
2. Badatang (Bapara)
Pihak keluarga pria terlebih dahulu memberitahukan waktu kedatangannya kepada keluarga perempuan. Pada hari yang telah dianggap baik, datang beberapa orang keluarga pria, ke rumah calon isteri yang disebut dengan “badatang” atau “bapara”, yakni melamar secara resmi, kemudian lahirlah dialog yang mempunyai prosa liris bahasa Banjar yang umumnya sebagai berikut:
- Banyak-banyak minta maaf, minta ampun amun tasalah, kami handak umpat batakun.
+ Sama-sama banyak dimaafi, banyak diampuni. Nangapa garang tatakunan sampian barataan nang sudi datang manjanguk pundut kami nag di unjut sini.
- Nang handak ditakunakan, si Galuh anak si Anu. Ibarat jukung tu adakah sudah nang manali-i, ibarat kambang tu adakah sudah nang manampahi.
+ Jukung kami balum batali, kambang kami balum ditampahi urang.
- Banyak-banyak minta ampun. Ada pang hajat kami handak umpat batanam nyiur di watas alkah sampian, mudahan talurui lawan kahandak Tuhan.
Acara badatang ini juga kadang diisi dengan baturai pantun, yakni berbalas pantun antara keluarga pihak calon. Kemudian dilanjutkan dengan menanyakan “jujuran” (mas kawin), dan tenggang waktu berapa hari lagi akan melaksanakan upacara “Maatar jujuran (Maatar Patalian)”. Maatar patalian ini dilakukan sebelum melangsungkan acara pernikahan, yakni suatu upacara kecil menyampaikan tanda bukti ikatan dari calon suami dengan menyerahkan “ataran” berupa pakaian luar dalam calon mempelai wanita dari ujung rambut sampai ujung kaki “saraba salambar”, lengkap dengan “pakakas pamupuran” (alat make up). Dalam acara ini kadang-kadang diisi dengan pantun antara kedua belah pihak keluarga. Adat urang Banjar tidak mengenal istilah bertunangan atau berpacaran. Istilah “balarangan” sebenarnya tidak sama dengan istilah “tunangan”, karena balarangan adalah suatu perencanaan ancang-ancang para pihak orang tua masing-masing, ketika kedua anak masih remaja. Balarangan berarti terlarang bagi orang lain. Menurut adat, seorang gadis yang akan kawin tidak diperkenankan keluar dari rumah selama 40 hari sebelumnya. Inilah yang disebut adat “dipingit”. Selama dipingit, dia harus membersihkan diri, berlangsing atau mempercantik dirinya, yang disebut dengan istilah “bakasai” sekaligus dia diberikan nasihat-nasihat berumah tangga oleh keluarganya.
3. Banikahan
Nikah adalah upacara keagamaan (agama Islam) untuk melangsungkan ijab kabul dihadapan penghulu dan saksi-saksi. Calon pengantin pria diantar oleh serombongan keluarga, famili dan sahabat-sahabatnya ke rumah calon mempelai perempuan yang benar-benar memberikan situasi keagamaan dengan pengajian ayat suci Al Qur’an. Calon suami berpakaian jas tanpa dasi berkain sarung dan berkopiah hitam. Dia duduk menghadapi penghulu pada susunan kain batik tumpang 5 atau 7 berbentuk sudut delapan. Calon suami yang telah sah menjadi suami itu kembali pulang ke rumahnya bersama rombongan pendamping atau pengantar tadi.
4. Batimung
Bagi pengantin pria maupun wanita bahkan terutama menjelang hari persandingan dua atau tiga hari sebelumnya, harus melaksanakan mandi uap yang dikenal dengan istilah “batimung”. Caranya adalah sambil duduk di bangku kecil, badannya ditutupi dengan gulungan tikar purun, kecuali kepalanya dan dibungkus lagi dengan kain tebal selama beberapa puluh menit. Antara kedua kaki tempat dia duduk, diletakkan sebuah kuantan tanah atau panci yang berisi air panas dengan “jajarangan” yaitu berisi ramuan daun lengkuas, daun dilam, pudak, serai wangi, limau purut, bunga-bungaan seperti mawar, kenanga, cempaka melati, dll. Tukang timung atau panimungan biasanya telah lengkap menyediakan “urung katupat” yang berisi rarampahan keperluan batimung tersebut. Dengan batimung ini akan menguras habis keringat tubuh, menyehatkan dan mengharumkan tubuh pengantin tersebut. Dengan demikian pada saat bersanding nanti diharapkan pengantin tidak akan berkeringat lagi. Kadang-kadang batimung ini dilakukan sampai 3 malam berturut-turut baik bagi pengantin pria maupun pengantin wanita.
5. Bamandi-mandi pangantin
Pada waktu pagi hari menjelang acara persandingan siang, pengantin wanita melangsungkan acara bamandi-mandi pangantin dengan air yang ditaburi berbagai macam bunga. Pada daerah kuala, kadang-kadang disebut dengan istilah ‘badudus” atau “bapapai”(dipapai dengan mayang pinang). Kemudian diberi kain kuning untuk keperluan acara mandi-mandi tersebut. Bagi keluarga yang kaya atau dari satu keturunan tertentu, pengantin wanita mandi dengan didudukkan di atas tanduk kerbau (kerbau yang disembelih untuk pesta perkawinan). Pengantin wanita dimasukkan ke dalam pagar mayang dari empat penjuru batang manisan tebu dan ditutup dengan langit-langit kain kuning. Air mandi dari bunga-bunga tabur seperti mawar, melati, kenanga, cempaka, kacapiring, dilengkapi dengan kujamas langir, kasai kuning dan air mayang pinang. Persediaan air mandi-mandi terdiri atas tiga wadah yaitu banyu tutulak berisi daun kambang, banyu mayang pinang, dan banyu yasin. Acara ini dilakukan oleh tiga orang wanita tua yang telah berpengalaman, yang umumnya dipimpin oleh seorang bidan kampung atau wanita tua lainnya. Selesai mandi, pengantin wanita disuruh menjejak telur ayam sampai pecah dengan ujung tumitnya. Ketika itu juga, pengantin wanita tersebut dicukur yaitu dikenal dengan istilah “balarap”, membikin cacantung pada kiri kanan wajahnya. Biasanya kemudian diikuti acara selamatan kecil dengan nasi lemak (ketan) berinti gula merah dan pisang mahuli. Tetapi pada kurun waktu terakhir, acara menjejak telur ayam ini dihapus karena dianggap mubazir dan tidak sesuai dengan syariat Islam.
6. Batapung tawar
Setelah acara bamandi-mandi, dilakukan acara “Batapung tawar” yang dimaksudkan seagai penebus atas berakhirnya masa perawan bagi seorang wanita. Untuk itu disediakan apa yang dinamakan “piduduk”, yaitu seperangkat keperluan pokok bahan makanan dalam wadah sasanggan (bokor kuning) yang terdiri dari sagantang beras, sebiji nyiur, gula merah, seekor ayam betina hitam, telur ayam 3 butir, lading, lilin, sebiji uang bahari (perak), jarum dengan benangnya, sesuap (sirih), rokok daun dan rerempah dapur. Isi piduduk : beras melambangkan rezeki, nyiur lambang lemak (kehidupan), gula merah lambang manis (kehidupan), ayam lambang cangkal bacari, telur ayam lambang sumsum, lading makna semangat yang keras, lilin lambang penerangan, uang lambang persediaan dalam hidup, jarum dan benang lambang ikatan suami-isteri, sesuap sirih lambang kesatuan, rokok daun lambang kelaki-lakian, rerempah dapur lambang keterampilan kerja di dapur. Piduduk ini nantinya akan diberikan seluruh isinya kepada bidan kampung yang memimpin acara bamandi-mandi tersebut. Dalam acara Batapung tawar tersebut, diisi dengan selamatan kecil yang dihadiri keluarga wanita terdekat dengan suguhan air teh manis atau kopi dengan bubur habang, bubur putih, cucur, wadai gincil, wadai galang dan lakatan bahinti.
7. Batamat Al Qur’an
Baik pengantin pria maupun pengantin wanita pada waktu siang menjelang persandingan biasanya melangsungkan acara Batamat Al Qur’an, yakni membaca akhir dari Kitab Suci Al Qur’an sebanyak 22 surah yang dimulai dari surah ke 93 (Ad-Dhuha) sampai dengan surah ke 114 (Annas) ditambah dengan beberapa ayat pada surah Al Baqarah dan ditutup dengan do’a khatam Al Qur’an. Ditempat itu disediakan sesajian yang terdiri dari nasi lemak kuning, wajik, telur dadar, telur itik rebus, dan dihiasi dengan bunga-bungaan kertas berupa kembang serai. Nasi lemak kuning itu dibentuk seperti gunungan kecil yang dipuncaknya ditaruh sebiji telur masak dilengkapi dengan telur masak pula disekelilingnya.
8. Walimah
Walimah adalah pesta dalam rangkaian acara-acara adat perkawinan tersebut. Besar kecilnya walimah ini tergantung kepada kemampuan keluarga masing-masing, apakah akan menyembelih satu atau dua ekor sapi atau kerbau ataukah cukup dengan beberapa puluh kg daging sapi saja. Setelah ditetapkan hari “duduk gawi” (hari pelaksanaan upacara perkawinan) biasanya ahli bait mengundang tetangga untuk berkumpul. Menurut adat orang Banjar maka “pohon” (ahli bait, tuan rumah) tidak aktif untuk bekerja dalam persiapan tersebut. Justru tetanggalah yang akan melaksanakan semua tugas-tugas. Untuk itu, dibentuklah semacam panitia non formal yang disusun secara lisan saja. Biasanya membagi-bagi tugas sebagai berikut:
 Nang jadi kepala gawi (Kepala Kegiatan)
 Nang maurus tajak sarubung (pengurus mendirikan bangunan tempat makan minum dan acara)
 Nang maurus pangawahan (pengurus memasak nasi dan lauk)
 Nang maurus galas piring (pengurus barang pecah belah)
 Nang maurus karasmin (pengurus kesenian)
 Nang basaruan lalakian (pengundang untuk tamu pria)
 Nang basaruan bibinian (pengundang untuk tamu wanita)
 Nang manarima saruan (para penerima tamu)
Pada zaman dulu, tidak lazim mencetak surat undangan seperti sekarang ini, karena undangan yang hanya secara lisan tersebut dianggap lebih afdhal dan bersifat kekeluargaan. Terlihat sekali sifat kegotong-royongan pada pelaksanaan upacara adat ini. Dalam pelaksanaan setiap tugasnya, para tetangga yang membantu keluarga tersebut disuguhi masakan leluhur berupa “gangan gadang” yakni gulai dari bahan umbut batang pisang. Dengan gangan gadang ini dimaksutkan pengantin nanti selalu dingin, artinya hidup berumah tangga dengan ruhui rahayu dalam suasanan tenang. Sedangkan hidangan untuk tamu, disuguhkan jenis makanan lauk pauk daging atau ayam dalam sajian “naik lima” (lima macam) atau “naik pitu” (tujuh macam) seperti masakan yang disebut : masak habang, upur putih, upur habang, karih, gangan cindul, acar hintalu, sambal goreng, dll. Mungkin pula ditambah buah-buahan sesuai musimnya seperti rambutan, langsat dan manggis. Hidangan ini ditaruh di atas baki kuningan dan disajikan untuk makan sebanyak 4 sampai 6 orang dalam setiap hidangan yang dikenal dengan istilah “basaprah”.
9. Batatai
Batatai merupakan puncak dari upacara perkawinan yang mempersandingkan kedua pengantin di pelaminan (patataian). Ketika pengantin pria turun dari rumahnya untuk diantar ke rumah pengantin wanita, diiringi shalawat atas Nabi Muhammad SAW sebanyak tiga kali yang disahut oleh semua yang hadir di tempat itu. Beras kuning ditaburkan ke udara bersama uang kecil yang diperebutkan oleh anak-anak. Sekelompok rombongan penari sinoman hadrah yang terdiri dari beberapa puluh orang pria memukul rebana dengan irama yang khas, diikuti paduan suara syair-syair dari kitab Barzanji, mengiringi di belakang pengantin pria menuju rumah pengantin wanita. Payung ubur-ubur yang berjurai dengan benang mas (beratnya sekitar 20kg) itu diputar di atas kepala pengantin pria, sementara bendera-bendera kecil segitiga dalam berbagai warna dikibarkan ke kanan dan ke kiri sesuai dengan irama paduan suara syair tersebut. Kesenian lain yang biasanya mengikuti rombongan ini adalah satu unit kuda gipang, pencak silat, topeng atau papantulan. Setelah tiba di ujung rumah pengantin wanita maka terdengarlah lagi ucapan shalawat atas Nabi sebanyak tiga kali dengan taburan beras kuning pula. Pengantin wanita akan keluar menjemput suaminya di pangkal tangga dan bertukar kembang palimbaian. Sebelumnya, terjadi pula dialog antara seorang tokoh tua pembawa pengantin pria dengan tokoh tua pendamping pengantin wanita, yakni berupa berbalas pantun bahasa daerah Banjar yang berisikan seputar perkawinan tersebut.Kemudian kedua pengantin disandingkan di pelaminan yang masing-masing diapit oleh wanita pengantar dan pendamping kedua pengantin. Pada saat persandingan itu, diadakan lah prosesi “batawak nasi lamak” antara kedua pengantin. Caranya adalah salah seorang wanita tua disitu mengambil sekepal nasi hadap-hadap (nasi lemak dari beras ketan berwarna kuning) dan menyerahkannya ke tangan pengantin pria. Segera dia melemparkannya kepada pengantin wanita yang melemparkan kembali kepada pengantin pria. Pada saat itu terdengarlah riuh gelak tawa para hadirin yang menyaksikan adegan unik tersebut. Sementara itu, para gadis remaja berebutan mengambil kepalan nasi lemak tadi untuk segera dimakan. Konon, bagi yang beruntung mendapatkannya akan segera mendapatkan jodoh pula. Di samping acara batawak, kadang diselipkan acara “Bahurup sasuap”, yakni bertukar suapan sirih antara kedua pengantin. Akan tetapi pada masa sekarang, acara bahurup sirih ini telah hilang karena generasi sekarang tidak pandai makan sirih. Sebagai gantinya adlah bertukar suapan kue pengantin. Kemudian dilanjutkan dengan acara batapung tawar yang dilakukan oleh 3-4 orang wanita/pria tua ditempat itu, yakni dengan menyentuhkan minak harum tapung tawar pada ubun-ubun kedua pengantin sambil mengucapkan shalawat ats Nabi Muhammad SAW sebagai tanda do’a restu kepada pengantin. Pada waktu dulu juga dilengkapi dengan “papadahan” atau nasehat dari orangtuanya. Selang beberapa menit kemudian, kedua pengantin melakukan sujud kepada kedua orangtua pengantin wanita dan diteruskan kepada seluruh anggota keluarga yang ada di tempat itu seperti kakek, nenek, paman, bibi dan saudara tertua. Setelah itu kedua pengantin diajak untuk makan nasi hadap-hadap atau nasi astakona bersama-sama. Kedua suami isteri baru itu, kemudian diturunkan dari rumahnya untuk acara yang paling menarik dan menjadi tontonan warga yakni acara “usung jinggung”. Acara ini bisa dilaksanakan sebelum atau sesudah kedua pengantin bersanding. Dua orang pria pausungan yang biasanya telah berpengalaman dalam acara ini akan meusung kedua pengantin tersebut di atas pundaknya masing-masing dan menari menurut irama bunyi gamelan kuda gipang. Konon, para pengusung itu mempunyai ilmu dalam kekuatan fisik mengangkat dan menari dalam waktu yang lama. Selesai acara usung jinggung, kedua pengantin akan diarak bersama-sama menuju ke rumah orangtua pria. Kedua suami isteri muda ini melakukan sujud pula kepada orangtua pengantin pria dan anggota keluarga yang lain untuk meminta do’a restu atas perkawinan mereka. Di tempat ini acara tidak lama dan kadang juga disuguhkan minum teh dan kue, kemudian kedua pengantin dan rombongan kembali ke rumah semula pihak keluarga wanita. Setelah selesai seluruh prosesi ini biasanya diadakan pesta kenduri selama 3 hari 3 malam yang menampilkan kebudayaan khas Banjar seperti mamanda, wayang kulit Banjar, madihin, dsb.
2) Implementasi dalam pembelajaran IPS di SMP
Standar Kompetensi : Memahami Perubahan Sosial Budaya
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan perubahan sosial-budaya pada masyarakat
Kelas/Semester : IX SMP / Ganjil

Perubahan sosial adalah variasi cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan, komposisi penduduk, ideologi maupun difusi, akulturasi dan asimilasi. Sedangkan perubahan kebudayaan menyangkut variasi dalam implementasinya di bidang kesenian, iptek, filsafat, termasuk bentuk serta aturan organisasi/pranata sosial. Ada beberapa kecenderungan perubahan kebudayaan dalam masyarakat, yaitu:
 Setiap kebudayaan cenderung bertahan.
 Setiap kebudayaan juga cenderung berubah karena kehidupan manusia juga berubah.
 Kebudayaan dalam masyarakat cenderung untuk melakukan perubahan dan perbaikan.
Suku Banjar sebagai salah satu suku bangsa Indonesia di Kalimantan Selatan juga mempunyai tata cara keadatan tentang peristiwa perkawinan tersebut. Meskipun dalam proses pelaksanaannya, telah terjadi berbagai perubahan evolusi seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban. Berbagai bentuk perubahan tata cara adat perkawinan suku Banjar misalnya:
 Inovasi
Inovasi adalah proses perubahan kebudayaan yang terjadi dalam waktu yang tidak lama dan berbentuk penemuan baru. Misalnya dalam prosesi Walimah (Pesta Perkawinan), kadang kala masyarakat perkotaan lebih menyukai mengadakan resepsi di gedung atau Ballroom hotel karena dianggap lebih praktis dari segi persiapan, katering makanan, dan kesiapan tempat. Berbeda dengan masyarakat pedesaan khususnya Hulu Sungai yang masih mempertahankan adat “duduk gawi”, yang keseluruhan prosesi perkawinan dibantu oleh tetangga dan dilaksanakan dengan penuh rasa gotong royong. Inovasi ini memang terjadi sebagai solusi kesibukan orang kota yang tidak mempunyai banyak waktu luang untuk melaksanakan upacara adat perkawinan, sehingga dianggap lebih praktis, namun tentu saja dapat menghilangkan sifat sosial berupa gotong royong dan kekeluargaan.
 Difusi
Difusi merupakan suatu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu individu ke individu lainnya atau dari masyarakat yang satu ke masyarakat lainnya. Misalnya upacara perkawinan antara dua orang pengantin yang berbeda kebudayaan (sebut saja suku Banjar dengan Suku Jawa), terkadang dalam acara hiburannya, tidak hanya menampilkan bausung dan sinoman hadrah dari Banjar, tapi juga menampilkan kesenian wayang kulit pada malam harinya yang merupakan difusi dari suku Jawa.
 Akulturasi
Akulturasi adalah pertemuan dua kebudayaan yang berbeda dan saling mempengaruhi, sehingga bergabung menjadi kebudayaan baru, namun tidak menghilangkan ciri khas kebudayaan awal. Misalnya acara beselamatan yang dulu dipengaruhi oleh kebudayaan agama Hindu yang harus menyediakan berbagai jenis kue/wadai dan persembahan seperti bunga-bungaan/kembang rampai. Tradisi budaya Banjar yang merupakan akulturasi dari agama Hindu dan Islam menjadikan hidangan pada acara selamatan pengantin ini tidak lagi dianggap sebagai sesajen untuk dipersembahkan kepada Tuhan, tapi hanya sebagai “”syarat” dan pada akhir acara, dimakan bersama-sama.
 Asimilasi
Asimilasi ditandai oleh meleburnya dua kebudayaan yang berbeda, yang membentuk satu kebudayaan baru. Misalnya dulu pada prosesi menurunkan pengantin laki-laki dari rumah, disertai dengan shalawat dan dihamburkannya beras kuning beserta uang logam, namun sekarang perbuatan menghamburkan beras itu dianggap mubazir oleh Agama Islam, maka sebagai gantinya cukup diiringi shalawat dan dihamburkan bola-bola kecil yang terbuat dari gabus, sehingga tidak menghilangkan makna.

B. PAMALI (KATA-KATA TABU / PANTANGAN URANG BANJAR)
1) Gambaran Umum
Kata-kata tabu masih dikenal terutama oleh masyarakat pedesaan. Kata tabu itu pantang diucapkan. Di Kalsel, pantangan yang bersifat kata-kata mapun perbuatan dikenal dengan sebutan pamali. Orang yang melanggar pamali itu akan menerima akibat yang disebut “kepamalian”. Pendapat Fraze (dalam Polak, 1966) memandang bahwa setiap anggota masyarakat dalam dirinya memiliki kepercayaan kepada hal-hal gaib yang disebut magis sebagai sumber kepercayaan asal kepada yang gaib-gaib. Di sisi lain, manusia memiliki kemampuan yang disebut religi yaitu perilaku yang bersifat religius. Kronologis lapisan budaya yang berpengaruh :
 Unsur-unsur asli, yang terdiri atas agama Balian atau agama Kaharingan serta unsur-unsur religi lainnya.
 Unsur Melayu dan Jawa Budha.
 Unsur Islam dengan segala manifestasinya di bawah raja-raja Banjar.
 Unsur modern/sekarang.
Pamali merupakan takhayul dalam salah satu golongan besar yang berhubungan dengan masalah hidup manusia sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Wayland D. Hand dalam bukunya The Frank C. Brown Collection of North Carolina Folklore. Berdasarkan pendapat Hand ini pula pengelompokkan Pamali dalam masyarakat Banjar dibagi 12 kategori, yaitu:
 Berhubungan dengan kehamilan. Contoh : Urang batianan pamali bajalan malam, diganggu urang halus (Orang hamil jangan keluar malam, diganggu makhluk halus). Urang batianan pamali barabah di gaguling, anaknya bisa tahalang (Orang hamil jangan berbaring di guling, anaknya tidak bisa keluar karena posisinya melintang). Urang batianan pamali makan sambil badiri, pas tabahera (Orang hamil jangan makan sambil berdiri, saat melahirkan bisa buang air besar).
 Berhubungan dengan kelahiran. Contohnya adalah: Pamali duduk di tangga, bisa ngalih baranak (Jangan duduk di tangga, nanti sulit melahirkan). Pamali maandak wancuh di dalam panci nang batutup, bisa ngalih baranak (Jangan meletakkan sendok nasi di dalam panci tertutup, nanti sulit melahirkan). Pamali mangantup lawang, lamari atawa lalungkang, parahatan ada nang handak baranak, bisa ngalih baranak (Jangan menutup pintu, lemari atau jendela saat ada yang mau melahirkan, nanti sulit melahirkan).
 Berhubungan dengan masa anak-anak. Contohnya: Kakanakan imbah basunat pamali kaluar rumah, kaina lambat waras (Anak-anak yang baru dikhitan jangan keluar rumah, nanti tidak cepat sembuh). Kakanakan pamali bapenanan di barumahan, bisa babisul kapala (Anak-anak jangan bermain di kolong rumah, nanti bisa tumbuh bisul di kepalanya). Kakanakan nang balum bisa bajalan pamali mancaraminakan kakanakan nang balum bisa bajalan, kaina kakanaknya pangguguran (Anak kecil yang belum bisa berjalan jangan mencerminkan anak kecil yang belum bisa berjalan, nanti anak tersebut akan sering terjatuh).
 Berhubungan dengan pekerjaan rumah. Contohnya: Imbah makan pamali langsung barabah, bisa pangoler (Setelah makan jangan langsung berbaring, pemalas). Pamali mamirik sambal bagagantian, kaina sambalnya bisa kada nyaman (Jangan mengulek sambal berganti-ganti, nanti rasa sambalnya tidak enak). Pamali mancatuk burit urang, bamasak bisa kada nyaman (Jangan memukul pantat orang, memasak bisa tidak enak)
 Mata pencaharian atau rezeki. Contohnya: Pamali bagandang di meja atawa di tawing, bisa mangiaw hutang (Jangan menabuh meja atau dinding, bisa memanggil hutang). Pamali bahamburan nasi waktu makan, rajaki bisa tahambur-hambur ka lain (Jangan menghamburkan nasi saat makan, rezekinya bisa berhamburan ke tempat lain). Pamali bahera waktu sanja, hilang rajakinya (jangan buang air besar saat senja hari, hilang rezekinya),
 Berhubungan sosial. Contohnya: Pamali mahirup gangan di wancuh, calungap sandukan (Jangan menyeruput kuah sayur di sendok nasi, suka menyela pembicaraan orang).
 Berhubungan dengan cinta kasih. Contohnya: Babinian bujang bujang pamali maandak wancuh di dalam panci nang batukup, bisa lambat balaki (Bujangan jangan meletakkan sendok nasi di dalam panci yang bertutup, sebab akan lama mendapatkan jodoh).
 Berhubungan dengan kematian. Contohnya: Pamali bacaramin sambil barabah, bisa mati ditembak pater (Pantang bercermin sambil berbaring, bisa ditembak petir). Pamali bagambar batiga, bisa tapisah, nang di tangah badahulu mati (pantang berfoto bertiga, bisa terpisah, yang di tengah duluan mati).
 Berhubungan dengan pemeliharaan tubuh. Contohnya: Kakanak nangkuitannya tulak haji pamali mangibah kalambu, kaina kuitannya kaributan di tangah laut (Anak-anak yang orang tuanya pergi haji pantang mengibaskan kelambu, nanti orang tuanya kena badai topan di laut).
 Berhubungan dengan kehidupan rumah tangga. Contohnya: Pamali diumpati urang bacaramin, kaina laki/bini bisa dirabuti urang (Pantang diikuti orang bercermin, nanti suami/istri bisa direbut orang).
 Berhubungan dengan alam gaib. Contohnya: Pamali bajalan bajejer, bisa taranjah hantu (Pantang berjalan berjejer, bisa ditabrak hantu).
 Berhubungan dengan agama atau religi.Contonya: Pamali badadakuan malam, bisa dimainakan hantu (Pantang bermain daku di malam hari, bisa dimainkan hantu).
Ke-12 kategori ini memang tidak bisa dipisahkan dari kepercayaan dan budaya masyarakat Banjar yang menjadi latar belakang munculnya kalimat pamali itu sendiri. Oleh karena itu fungsi pamali ini selain sebagai sarana pendidikan anak-anak dan remaja agar memiliki adab dan adat yang sesuai dengan tuntutan lingkungan sekitar yaitu Banjar atau bisa pula sekadar hiburan semata dalam artian kalimat pamali tersebut digunakan untuk hiburan karena alasan tertentu yang ada dalam kalimat yang dilantunkan oleh para tetua “Banjar” juga sekaligus sebagai penebal emosi keagamaan atau kepercayaan.
2) Implementasi dalam Pembelajaran IPS di SMP
Standar Kompetensi : Memahami Perubahan Sosial Budaya
Kompetensi Dasar : Menguraikan tipe-tipe perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan.
Kelas/Semester : IX SMP / Ganjil

Penerimaan masyarakat terhadap perubahan sosial budaya berbeda-beda. Ada yang mudah menerima, ada yang sulit. Pola pikir masyarakat yang tradisional mengandung unsur sebagai berikut :
 Bersifat sederhana
 Memiliki daya guna dan produktivitas rendah
 Bersifat tetap atau monoton
 Memiliki sifat irasional (tidak berdasarkan logika)
Pola pikir masyarakat modern :
 Bersifat dinamis
 Berdasarkan akal pikiran manusia dan senantiasa mengembangkan efisiensi dan efektivitas.
 Tidak mengandalkan atau mengutamakan kebiasaan atau tradisi masyarakat.
Kebudayaan Banjar berupa Pamali (kata-kata Tabu), kebanyakannya hanya dipercayai oleh masyarakat pedesaan yang masih memegang teguh adat istiadat dan nasihat tetuha kampung. Sedangkan masyarakat perkotaan kurang mempercayai hal-hal yang bersifat takhayul karena mereka berpikir secara nalar dan logika. Namun sebenarnya kita tetap tidak bisa menafikkan bahwa memang terkadang “Pamali” itu juga harus tetap diperhatikan. Hal ini disebabkan manusia yakin akan adanya kekuatan supranatural yang berada di luar alam mereka. Selain itu, masyarakat Banjar memang pada umumnya sangat kental akan pengaruh agama Islam dan kepercayaan lainnya. Pamali sebagai salah satu folklor lisan daerah Banjar ini memang pantas untuk dilestarikan sebagai aset daerah karena mengandung fungsi tertentu sekaligus refleksi atau mencerminkan salah satu sisi budaya yang dimiliki masyarakat Banjar. Sebagaimana fungsi folklor ini sendiri secara umum telah dikemukan oleh Bascom dalam Danandjaja (2002:32), folklor lisan pada umumnya memiliki fungsi sebagai sistem proyeksi, alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan, alat pendidikan anak dan masyarakat, alat pemaksa dan pengawas norma masyarakat agar selalu dipatuhi.





Daftar Pustaka

Seman, Syamsiar. 2003. Perkawinan Adat Banjar Kalimantan Selatan. Banjarmasin : Bina Budaya Banjar.
Saleh, Idwar, dkk. 1978. Adat Istiadat Daerah Kalimantan Selatan. Banjarmasin : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rabu, 20 Juli 2011

Tersenyum di Atas Awan

Langit masih hitam, namun Sang Fajar mulai bersinar kemerah-merahan di ufuk timur. Dedaunan yang masih basah oleh tetesan embun, melambai-lambai ditiup semilir angin yang berhembus perlahan.
“Ah, segarnya udara pagi ini. Alhamdulillah, Engkau masih mengizinkanku merasakannya.” Syukur Tonny seraya menghirup dalam-dalam udara yang masih bebas polusi itu. Dia teringat seulas senyuman yang selalu mengisi hari-harinya sejak tiga tahun terakhir ini.
Yah..senyum yang begitu berbeda dan belum pernah dia temui sebelumnya. Jauh dari kesan menggoda, karena memang begitu alami dan bersahaja. Senyum sang bidadari Rohis yang takkan pernah ternoda. Jilbab panjang menutup dada, hingga jubah putih yang membalut seluruh tubuh, mengesankan anggunnya seorang dara solehah.
“Allah memang menciptakanmu begitu indah dan kau hanya boleh diperlakukan dengan indah pula. Aku takkan menyakitimu Aira, karena kau begitu berbeda...” Tonny makin tenggelam dalam lamunannya. Setiap pagi setelah selesai belajar sembari menunggu azan subuh, Tonny memang selalu menikmati suasana terbitnya fajar di balkon kamarnya. Dan terkadang di sela waktunya ini, hadir bayangan Aira yang menghiasi lamunannya. Hingga azan subuh berkumandang, bayangan itu hilang dan berganti dengan ketaatannya pada Maha pemilik cinta. Dengan khusyuk, Tonny berdo’a agar dimudahkan dalam menempuh Ujian Nasional minggu depan.
Hari-hari berlalu, Ujian Nasional telah usai. Semua siswa kelas XII harap-harap cemas menunggu hasilnya. Tak terkecuali Tonny, dia begitu takut semua impiannya gagal. Impia mendapatkan beasiswa meraih gelar Dokter spesialis jantung di Amerika, sekaligus mempersunting sang pujaan hati.
“Ton.... Tonny....!! Selamat ya!! Kamu terpilih mendapat beasiswa kuliah di Amerika...!!” Seru Reza mengagetkanku. “Ah, yang bener Za???? Kamu gak lagi bercanda kaan??” Tonny terkejut bukan main. “Ya ampun Ton...ngapain juga aku bohong? Tuh kamu dipanggil Kepsek, katanya ada surat dari dinas.” “Syukron katsir Reza... Alhamdulillahirabbil alamiiinn......” Tonny bersujud pada Sang Khalik atas kemurahannya.
Minggu depan, Tonny akan bertolak menuju Amerika. Namun dia teringat akan senyum pujaan hati. Tonny berniat melamar Aira sebelum melanjutkan studinya. Jadilah malam itu dia mengungkapkan isi hati kepada orangtuanya.
“Kalau memang kamu sudah menentukan pilihan dan yakin dia yang terbaik mendampingi hidupmu, Ayah dan Bunda akan merestui dan mendukung sepenuhnya nak. Tapi akan lebih baik lagi kalau kamu menyelesaikan studimu dulu...” Ucap Ibunda Tonny. “Iya Bun, Yah,, Tonny mikirnya juga gitu,, tapi ntah kenapa Tonny takut dia keburu dilamar orang sebelum Tonny pulang ke tanah air.. Karena itu, Tonny Cuma pengen dia tau perasaan Tonny. Itu Aja Bunda...”
Ayah dan bunda Tonny saling berpandangan, sadar bahwa ank tunggalnya ini telah beranjak dewasa. “Tonny, dulu waktu ayah seumuran kamu, ayah juga pernah menyukai seorang gadis solehah. Tapi ayah mencoba menahan perasaan itu, karena ingin menuntaskan pendidikan terlebih dahulu. Dan terbukti jodoh memang tak kan kemana, Ibunda mu ini akhirnya bisa ayah persunting.” Tersipu malu Ibunda Tonny menambahkan, “Betul itu Ton, berhusnuzhanlah pada cinta...”
“Makasih atas nasihat Ayah Bunda... Tapi izinkan Tonny mengutarakan perasaan ini pada Aira, Tonny takut semuanya terlambat...” Setengah meminta Tonny berucap. “Hm,,, baiklah, malam ini kita silaturahmi ke rumah Aira, tapi ingat yah, jangan paksa Aira menikah denganmu sekarang! Haha..” Ayah Tonny menengahi permintaan anaknya dengan bijak. “Haha,, yee.. siapa juga yang mau nikah sekarang yah.. Terimakasih Ayah, Bunda.. Tonny senang banget,,” Betapa bahagia Tonny malam itu.
Sesampainya di rumah Aira, Ayah dan ibunda Tonny menyampaikan maksud kedatangan mereka kepada keluarga Aira. Gayung bersambut, ternyata Aira juga mempunyai perasaan yang sama pada Tonny. Hanya selama ini dia memendam perasaan itu, karena takut Tonny tidak serius mencintainya.
“Maaf Ton, aku dengar kamu akan melanjutkan studi ke Amerika. Apa kamu mengizinkanku untuk mlanjutkan studi juga ke Al Azhar?” Tanya Aira dengan nada bimbang. “Aira..aku mendukung studimu,, Meskipun nanti kita akan terpisahkan jarak dan waktu, namun yakinlah...kita masih bisa berkomunikasi melalui internet dan 3G kan? Hm,,Apa kamu mau menunggu aku pulang dan tetap setia hingga Allah mempertemukan kita lagi?”
“Aku... Hm...Insya Allah aku akan menjaganya Ton..” Jawab Aira. Tetesan airmata tak mampu lagi dibendung kedua insan yang saling mencintai itu. Semua yang menyaksikan janji mereka turut tenggelam dalam suasana haru.
Tahun demi tahun berlalu, tak terasa Aira dan Tonny telah menyelesaikan studi masing-masing dengan predikat cumlaude. Menyadari hal ini, keluarga pun segera mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan mereka di tanah air, dan tentunya mempersiapkan pesta pernikahan untuk memenuhi janji Toni kepada Aira.
Dari Amerika, Tonny bertolak menuju Mesir untuk menjemput Aira. Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Saat keduanya bersama-sama pulang ke tanah air, pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan tragis, pada saat melintas di atas samudera Hindia. Hanya beberapa penumpang yang berhasil diselamatkan, itupun mereka menderita luka berat dan trauma secara psikologi. Salah satunya Tonny. Dia harus kehilangan kaki kirinya yang diamputasi.
Namun sakit itu masih sangat jauh rasanya, dibandingkan dengan rasa sakit hatinya kehilangan Aira untuk selama-lamanya. Dia telah kehilangan senyum sang Bidadari yang tak sempat dimiliki. Senyum itu sekarang telah pergi. Aira tersenyum di atas awan, bersama para bidadari surga.

Selasa, 19 Juli 2011

Tentang perasaan

Di hadapan orang yang kau cintai, musim dingin berubah menjadi musim semi yang indah
Di hadapan orang yang kau sukai, musim dingin tetap saja musim dingin hanya suasananya lebih indah sedikit
Di hadapan orang yang kau cintai, jantungmu tiba-tiba berdebar lebih cepat
Di hadapan orang yang kau sukai, kau hanya merasa senang dan gembira saja
Apabila engkau melihat kepada mata orang yang kau cintai, matamu berkaca-kaca
Apabila engkau melihat kepada mata orang yang kau sukai, engkau hanya tersenyum saja
Di hadapan orang yang kau cintai, Kata-kata yang keluar berasal dari perasaan yang terdalam
Dihadapan orang yang kau sukai, Kata-kata hanya keluar dari pikiran saja
Jika orang yang kau cintai menangis, engkaupun akan ikut menangis di sisinya
Jika orang yang kau sukai menangis, engkau hanya menghibur saja
Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga
Jadi jika kau mau berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga
Tapi apabila kau mencoba menutup matamu dari orang yang kau cintai, cinta itu berubah menjadi
tetesan air mata dan terus tinggal di hatimu dalam jarak waktu yang cukup lama
“Tetapi selain rasa suka dan rasa cinta... ada
perasaan yang lebih mendalam”
Yaitu rasa sayang.... rasa yang tidak hilang
secepat rasa cinta. Rasa yang tidak mudah berubah
Perasaan yang dapat membuatmu berkorban untuk orang yang kamu sayangi.
Mau menderita demi kebahagiaan orang yang kamu sayangi
Cinta ingin memiliki. Tetapi Sayang hanya ingin
melihat orang yang disayanginya bahagia..
walaupun harus kehilangan
Tapi, mengapa masih saja semua ini membuat aku merasa bingung
Batas antara cinta dan sayang
Sungguh, aku merasakannya..
Apakah sayangku untuk semua orang dan cintaku hanya untuk seseorang?
Apakah cintaku untuk semua orang dan sayangku hanya untuk seseorang?
Apakah cinta dan sayang yang kumiliki untuk semua orang?
Apakah cinta dan sayang yang kumiliki hanya untuk seseorang?
Atau. .
Apakah boleh aku tidak memiliki rasa cinta dan sayang itu?
Bolehkah aku tidak mencintai dan menyayangi…?

Kamis, 14 Juli 2011

OUR 2nd PKL, One day with My friend in Economic Education Program and our young lecturer

Senin, 6 Juni 2011, azan subuh membangunkanku dalam geliat dingin kota Banjarbaru. Tersadar bahwa hari ini PKL sekaligus perpisahan dengan dosen muda yang akan menuntut ilmu di pulau seberang. Pukul 06.00 Wita waktu my home, berpamitan pada ayah dan bunda. Dengan semangat, segera kupacu shogun putih yang selalu menemani setiap langkahku dari seragam putih abu-abu hingga ber almamater “yellow”, menuju kota Banjarmasin tempat menimba ilmu di kampus kebanggaan urang Banjar. Hanya memerlukan waktu satu jam, perjalanan melawan dinginnya subuh yang sebenarnya telah terbiasa kurasakan hingga dua semester ini. Tiba di kos, ku simpan “si putih” di garasi, dan segera melangkahkan kaki menuju kampus.

Waktu menunjukkan pukul 07.30, namun teman2 economy hanya sebagian yang datang. Aduh, sungguh miris rasanya, janji on time jam 07.30 bakal ngaret lagi, ckck.. Apalagi bus unlam juga tak kunjung datang. Bersabar menunggu sang waktu, akhirnya pukul 08.30, unce bus datang, segera saja kami berebut menaiki armada kunig itu, mencari posisi duduk yang nyaman. Kira-kira waktu tempuh 20 menit, kami tiba di Beny Sasirangan, kawasan Gatot Soebroto Banjarmasin. Wah, ternyata Bu Amali dan Bu Yuni, Dosen Pemasaran sudah duluan datang, kami jadi kurang enak, gara-gara ngaret lebih dari satu jam, maafkan kami bu...

Mendengar penjelasan owner Beny sasirangan dan melihat proses pembuatannya, membuatku semakin tertarik dan mengagumi kain khas Kalsel ini. Menurut beliau, prospek usaha sasirangan dan kerajinan khas Banjar justru sangat diminati wisatawan luar daerah apalagi pada saat pameran berskala nasional. Namun ironisnya, urang Banjar sendiri masih kurang tertarik menggunakan kain ini sebagai trend berpakaian di berbagai kesempatan. Padahal coba kita bayangkan, kalau kita membudayakan kain khas daerah ini dalam kehidupan sehari-hari, perekonomian daerah ini juga akan semakin meningkat akibat dari majunya UKM lokal yang memproduksi Sasirangan Banjar. Kalau bukan kita yang melestarikannya, siapa lagi teman-teman?

Pukul 10.30 Wita, perjalanan dilanjutkan menuju Kabupaten Banjar, tepatnya di desa Mekar, pembuatan Klepon Bukhari khas Martapura. Perjalanan selama satu jam kami isi dengan bernyanyi bersama dengan musik yang diputar oleh uncle Bus, hhaa..

Hampir jam 12 siang kami baru tiba di klepon Bukhari, segera saja melakukan wawancara dengan pemilik, melihat langsung proses pembuatannya, dan tak lupa membeli klepon buntut sebagai oleh2 untuk keluarga di rumah. Ada-ada saja ulah teman-teman economy disana, teringat dengan kepolosan Imus, dkk yang kecantol dengan salah satu pengemas klepon yang memang cantik sih, hhe.. Atau Dedy yang menegur acil pembuat klepon yang mulai berkeringat dengan derasnya di depan kuali panas. Peace untuk Imus n Dedy... J

Arloji di tangan ku menunjukan pukul 12.30 wita, sayup-sayup terdengar suara azan Zuhur yang mengingatkan kami untuk segera mengingatNya. Segera saja kami bertolak menuju Masjid Raya Al Karomah, Masjid kebanggaan masyarakat Martapura yang sangat megah, nyaman dan membuat hati ini bergetar mengagumi keindahan arsitektur bangunannya. Tentu saja setelah menunaikan shalat, kami tak membuang kesempatan untuk mengabadikan keindahan mesjid ini melalui Canon merahku. Sebenarnya belum puas berfoto, namun hujan deras membuat kami harus segera menuju bus untuk melanjutkan perjalanan kembali. Sempat terjadi perbedaan pendapat dalam menentukan tujuan makan siang. Padahal sudah sejak awal rencana kami menuju Pondok Makan Subur Group di Jl Mr Cokrokusumo dekat rumah ku. Namun yah, ada beberapa orang yang menginginkan ke tempat lain. Namun akhirnya disepakati, tetap menuju Subur untuk mengisi perut yang mulai berdangdut ini, hha..

Masalah belum selesai begitu saja, susah juga meng-handle pesanan makanan 37 orang, ada yang pesan ini di awal, tapi ganti lagi jadi itu,, ada yang ga sabaran, ada yang marah-marah ma aku, ada yang cerewet,, aduuh pusing.. Tapi yah, aku coba untuk sabar dan melayani kalian semua, itung-itung aku belajar jadi waitres di Rumah makan Mie pelangi ku nanti, gkgkgk

Setelah semuanya kenyang, dan hujan sudah reda, uncle Bus menyarankan agar pada perjalanan pulang menuju Kota Banjarmasin, singgah dulu berwisata ke Kota Citra Graha. Wah.. tentu saja kami setuju, sekalian di sana perpisahan dengan Bu yuni n’ Pa Monry yang akan segera melanjutkan studi beliau ke pulau seberang. Sedih banget rasanya bakal ditinggal dalam waktu yang gak sebentar sama dua dosen muda ini, karena kami menganggap beliau berdua sebagai dosen yang sangat care dan paling memahami kami angkatan 2010 yang sempat terkena banyak permasalahan. Khususnya aku sendiri, aku merasa sangat kehilangan Pa Monry n Bu Yuni, karena tanpa beliau, mungkin saja permasalahan yang baru mendera studi ku kemaren, bisa saja tak sanggup aku lalui dan atasi.. Tapi berkat nasihat, pengalaman, semangat dan kasih sayang yang diberikan Pa Mon n Bu Yun, kepercayaan diri n semangatku bisa timbul lagi. Aku benar-benar merasa kehilangan, pasti kalian juga kan? Kita semua akan merasa ada yang kurang selama dua tahun mendatang,,, Tapi teman-teman, life must go on, kita ga boleh terlarut dalam masalah ini, kita doakan saja semoga beliau berdua selalu sehat, dalam lindungan Allah, dan segera menyelesaikan studi dengan hasil yang memuaskan,, biar di semester 6, bisa kembali membimbing kita, hhe..

Di danau kota Citra, ku kayuh bebek air bersama Ahda, sahabat baikku. Dalam keceriaan dan tawa, aku memandangi kalian semua, khususnya dua dosen muda kita, aku pasti akan merindukan hari ini, hari dimana kita ukir sebuah kenangan indah, hari dimana kita bisa berbagi kebahagiaan, tangis dan tawa pernah mewarnai setiap perjalanan kita hingga semester kedua ini.

Banyak tempat yang berkesan, di kamar kos tempat aku istirahat dan mengulang materi kuliah, di ruang kelas tempat kita bersama menggali ilmu dan wawasan, di Micro teaching tempat sekretariat CYMotion himpunan angkatan kita, di Mesjid tempat kita beribadah dan menenangkan jiawa, sampai di kantin SBC tempat kita bercanda tawa dan mengisi tenaga bersama...

Semuanya memiliki kesan tersendiri untuk aku, seorang Hasnasari yang selalu mencoba untuk memperbaiki diri dan menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Maafkan aku, yang mempunyai banyak kesalahan dan kekhilafan yang mungkin saja pernah melukai hati kalian semua. Untuk Bu yuni dan Pa Monry, Maafkan kami yang selalu merepotkan pian berdua, semoga doa kami akan turut menjadi motivator dalam studi pian, cepat kembali ya bu, pak, unlam masih membutuhkan jasa dosen muda yang penuh integritas seperti pian berdua,,,

I will always mis u all,

Terimakasih telah menjadi serpihan cerita dalam puzle kehidupanku... J

Gadisbjb_08062011_23:40